Tuesday, September 16, 2008

Indonesia dan Rasialisme

Warisan penjajahan dan diskriminasi masa lalu sampai sekarang masih belum bisa begitu saja dihilangkan di wajah Indonesia yang sekarang berjalan dalam masa Reformasi, terutama diskriminasi terhadap Ras, khususnya etnis China atau Tiong Hua.

Sejak saya kecil, saya sudah terbiasa diolok-olok, dari yang biasa-biasa saja sampai yang melecehkan, kadang-kadang untuk para lelaki, berujung pada kekerasan fisik, hanya karena saya, atau dia adalah seorang keturunan China.

Orang keturunan china sudah biasa dipersulit dalam pengurusan surat-surat, aset, bisnis, bahkan sampai ke pemerintahan, meskipun begitu bila dibandingkan dengan dahulu, sekarang kita bisa melihat kemajuan yang cukup pesat dalam penghilangan diskriminasi ras tersebut..but again, kita tidak bisa menampik, bahwa dibalik kemajuan yang pesat tersebut, penanaman ideologi "timpakan semua kesalahan kepada si Cina" sudah terlalu dalam melekat.

Beberapa hari lalu, saya mengalami peristiwa yang cukup menyedihkan dari kacamata "penghapusan diskriminasi ras di Indonesia", dimana saya yang merasa agak terganggu dengan tindakan orang tertentu memberikan teguran agar orang tersebut melakukan tindakannya di tempat lain. Alih2 mendengarkan teguran saya dan menerima, orang tersebut mengeluarkan isu ras dengan menyatakan bahwa sebagai orang etnis China, saya tidak berhak menegur dia apapun. Bahkan orang tersebut mengeluarkan kata2 kasar ditujukan kepada etnis China. Saya tentu saja tidak meladeni tindakan tersebut dan membiarkannya begitu saja, kekagetan kedua saya adalah ketika pasangan orang tersebut yang merupakan wanita kelas pekerja yang sepertinya berpendidikan, mengeluarkan pernyataan serupa yang kental dengan nuansa SARA terhadap etnis China. Saya tidak mau membahas tindakan seperti apa yang dilakukan oleh lelaki dan wanita tersebut kepada saya karena buat saya, itu masih belum apa-apa dan tidak mengakibatkan kerugian apapun kepada saya selain rasa prihatin, dan lagi apa yang saya alami, saya yakin pasti jauh lebih ringan daripada yang dialami orang2 etnis China lain di Indonesia..saya hanya ingin bilang, apakah kita orang Indonesia (at least saya merasa juga sebagai orang Indonesia walaupun tidak dianggap oleh orang Indonesia sendiri), yang mengaku ber-bhinneka tunggal ika, masih pantas dan layak bersikap rasis kepada orang golongan/suku/etnis lain? Apakah SARA masih relevan di era reformasi ini??

Berdasarkan apa yang saya alami kemarin, sepertinya Indonesia masih jauh dari penghilangan diskriminasi ras..setidaknya di level bawah..

Saya masih bertanya-tanya sampai sekarang kepada orang yang bersikap rasis kepada etnis China, lupakah mereka, atau tidak taukah mereka bahwa:

WNI etnis China juga berperan dalam kemerdekaan Indonesia?
WNI etnis China juga membantu Indonesia dalam mengembangkan perekonomian?
WNI etnis China juga tidak jarang mengharumkan nama Indonesia di mata dunia di berbagai bidang, contoh saja Susy Susanti dan Alan, Ardi B. Wiranata, dan pemain badminton lainnya seperti Hendrawan yang bahkan dalam proses mengharumkan nama bangsa tetap juga dipersulit hanya karena mereka adalah dari etnis China?
WNI etnis China sudah cukup menderita untuk dibuat menderita lagi? we are the victim here, not you!
.....

Kenapa masih mempersalahkan orang etnis china atas kemiskinan yang dialami diri sendiri, padahal bisa saja kita yang kurang berusaha untuk meningkatkan pendapatan finansial kita?

Kenapa masih mempersalahkan orang etnis china atas kesenjangan sosial yang terjadi, ketika bisa saja kita yang kurang bisa mengatur keuangan kita dengan baik.

Kenapa masih memalingkan wajah dari orang etnis china sedangkan bisa saja kita pun sebenarnya dibantu oleh mereka hingga bisa hidup dengan layak?

....

Saya tidak menyatakan bahwa semua orang Indonesia keturunan China PASTI baik atau membangun negara, nope, tidak juga, tapi yang ingin saya tekankan adalah, janganlah melihat yang negatif lalu meniadakan yang positif, dan jangan pula melihat yang positif dengan meniadakan yang negatif..karena Fakta itu ada di depan mata, dan Kebenaran sejati tidak bisa ditutupi, sekeras apapun kita menutupinya.

Semoga suatu hari, Indonesia bisa melepaskan diri dari paham berbau SARA dan mulai hidup sesuai dengan dasar negara Indonesia sesuai cita-cita para Bapak Bangsa.

1 Comments:

Blogger interiorkantor.id said

Orang itu berpikiran sempit

11:51 AM  

Post a Comment

<< Home